Contoh kasus :
DEPRESI
Tuan A adalah seorang bapak berusia
pertengahan 30-an. Ia datang berkonsultasi ke psikiater atas anjuran dari salah
seorang rekannya. Saat datang untuk pertama kalinya, terlihat bahwa mimik
wajahnya murung dan nampak tidak bersemangat.
Ketika dilakukan wawancara dan pemeriksaan
psikiatrik, suaranya pelan, gerak-geriknya minimal, dan ia sering menanyakan
ulang pertanyaan yang ditanyakan oleh psikiater pemeriksa.
Tuan A menceritakan bahwa ia sudah merasa
sedih berkepanjangan di mana hampir tak ada satu haripun ia merasa bahagia
selama 1 bulan terakhir dan aktivitasnya terbatas di dalam rumah saja. Satu
bulan lalu ternyata ia baru saja di PHK dari pekerjaannya.
Rasa sedihnya disertai dengan penurunan berat
badan yang nyata sekitar 3-4 kg karena hilangnya nafsu makan, kehilangan
semangat dalam melakukan aktivitas sehari-hari, sulit untuk jatuh tidur atau
kalau pun bisa ia mudah sekali terbangun dari tidurnya.
Setelah beberapa saat kemudian, Tuan A
bercerita bahwa perasaan sedihnya bertambah parah semenjak dua minggu terakhir,
ia menjadi mudah menangis tanpa sebab-sebab yang jelas dan ia merasa pesimis
dengan masa depannya serta keluarganya. Akhir-akhir ini, ia berpikir bahwa
hidupnya tidak berharga dan lebih baik ia mati saja.
Semenjak di PHK Tuan A juga tidak pernah lagi
mencoba mencari pekerjaan baru karena merasa putus asa dengan hidupnya selain
itu saat ini dia menjadi menarik diri dari pergaulan padahal dahulu ia dikenal
sebagai orang yang aktif dalam kegiatan RT di lingkungannya. Rasa sedihnya
menjadi bertambah parah karena Tuan A mulai kebingungan akan pembiayaan
hidupnya sehari-hari beserta keluarganya.
FAKTOR PENYEBAB
Hal yang harus diperhatikan pada gangguan depresi
seperti ini adalah seringnya kondisi ini disertai dengan ide-ide ataupun
percobaan bunuh diri. Rata-rata angka kematian akibat bunuh diri pada pasien
dengan gangguan depresi mayor adalah sekitar 15 persen. Gangguan depresi mayor
merupakan faktor penyebab pada setidaknya setengah kasus percobaan bunuh diri.
Terdapat fakta-fakta yang menyebutkan peningkatan angka bunuh diri terutama
pada golongan manula.
Pada seorang penderita depresi, umumnya
ditemui gangguan pengaturan sistem hormonal di otak yang dikenal sebagai
neurotransmitter. Neurotransmitter yang bermasalah berasal dari kelompok
neurotransmitter mono amin yaitu serotonin, dopamin, dan nor epinefrin.
Beberapa penyakit klinis juga diketahui dapat memicu munculnya depresi.
Selain itu, umumnya didapatkan adanya riwayat
gangguan yang sama dalam keluarga pada pasien penderita depresi. Depresi dapat
muncul dengan stresor yang jelas ataupun tidak. Stresor adalah faktor pemicu
munculnya gangguan jiwa, umumnya berupa suatu peristiwa yang membekas secara psikologis
pada penderita.
Terdapat beberapa faktor yang memperbesar
risiko munculnya gangguan depresi mayor pada seseorang, di antaranya berjenis
kelamin wanita, kulit putih dan berwarna (orang kulit hitam lebih jarang
terkena), wanita yang single atau bercerai.
Usia rata-rata penderita depresi mayor
umumnya berkisar antara 20 hingga 50 tahun namun tidak menutup kemungkinan
bahwa anak-anak, remaja, dan manula untuk dapat menderita gangguan ini. Pada
anak-anak tidak didapati perbedaan yang mencolok antara anak laki-laki dan
perempuan yang menderita depresi. Pada manula, keluhan fisik dan gangguan
fungsi kognitif lebih menonjol dibandingkan suasana perasaan yang depresif
sehingga perlu untuk lebih diwaspadai.
PENJELASAN
Gejala-gejala yang dialami oleh Tuan A di
atas merupakan bagian dari gangguan depresi mayor dan contoh kasus di atas
merupakan salah satu contoh kasus yang ekstrim. Gangguan ini termasuk dalam
kelompok gangguan jiwa dan merupakan salah satu jenis gangguan terkait suasana
perasaan dan jenis berduka yang rumit karena sulit untuk menuju ke tahap
berikutnya (tahap kedukaan normal) dan masa berkabung seolah tidak kunjung
berakhir & mengancam hubungan dengan orang lain.
Depresi yang tidak diterapi dengan benar akan
menyebabkan penderitaan serta disabilitas terutama dalam bidang sosial dan
pekerjaan. Adanya suatu keadaan mood yang terdepresi baik yang dirasakan
sendiri atau yang diamati oleh orang lain dan menghilangnya atau berkurangnya
minat dan kesenangan pada hampir semua aktivitas yang dikerjakan.
Kedua kondisi tersebut berlangsung hampir
setiap hari selama sekurangnya dua minggu berturut-turut. Kedua kondisi
tersebut diikuti dengan sekurangnya 3 dari kondisi berikut yang juga
berlangsung selama sekurangnya dua minggu berturut-turut dan nyaris berlangsung
tiap hari:
1. Berkurangnya berat badan secara dratis
walaupun tidak sedang diet atau bertambahnya berat badan secara signifikan
(kenaikan berat badan lebih dari 50% dalam satu bulan) akibat penurunan atau
peningkatan nafsu makan.
2. Insomnia atau hipersomnia.
3. Agitasi atau retardasi psikomotor.
4. Merasa lesu atau hilang tenaga.
5. Merasa tidak berharga atau adanya rasa bersalah yang berlebihan atau tidak sesuai dengan kondisinya.
6. Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi dan ketidakmampuan untuk memutuskan sesuatu.
7. Adanya pikiran berulang mengenai kematian, atau pikiran berulang mengenai ide-ide bunuh diri tanpa rencana yang spesifik, atau percobaaan bunuh diri, atau rencana bunuh diri yang spesifik.
2. Insomnia atau hipersomnia.
3. Agitasi atau retardasi psikomotor.
4. Merasa lesu atau hilang tenaga.
5. Merasa tidak berharga atau adanya rasa bersalah yang berlebihan atau tidak sesuai dengan kondisinya.
6. Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi dan ketidakmampuan untuk memutuskan sesuatu.
7. Adanya pikiran berulang mengenai kematian, atau pikiran berulang mengenai ide-ide bunuh diri tanpa rencana yang spesifik, atau percobaaan bunuh diri, atau rencana bunuh diri yang spesifik.
Gejala-gejala tersebut menyebabkan suatu
penderitaan atau gangguan fungsi yang signifikan dalam bidang sosial,
pekerjaan, atau bidang lain yang penting dalam fungsi hidup sehari-hari
penderita. Gejala yang muncul juga bukan akibat langsung dari penggunaaan zat
(obat dalam jangka waktu lama) atau kondisi medis tertentu (hipotiroid). Gejala
yang muncul juga bukan reaksi yang muncul akibat suatu reaksi berduka akibat
kehilangan orang yang dicintai.
Dapat disimpulkan dari uraian kasus diatas
yaitu Tuan A telah melalui :
- Fase
pengingkaran
Dimana
ia syok, tidak percaya, mengingkari kenyataan, murung, tidak bersemangat,
suaranya pelan, gerak-geriknya minimal, sedih berkepanjangan disertai dengan
penurunan berat badan, hilangnya nafsu makan, insomnia, lesu, tidak tahu harus
berbuat apa.
- Fase marah
Dimana
ia menunjukkan rasa marah yang meningkat dengan diproyeksikan kepada dirinya
sendiri, sehingga timbul respon fisik berupa kegelisahan, sulit untuk tidur,
serta mudah menangis tanpa sebab.
- Fase
depresi
Dimana
awalnya ia tidak mau bicara, tidak nyambung diajak berbicara, menyatakan putus
asa(pesimis), perasaan tidak berharga, adanya pemikiran “lebih baik mati saja”
keinginan bunuh diri, tidak pernah lagi mencoba mencari pekerjaan baru, menarik
diri dari masyarakat.
Tuan
A tidak melewati fase tawar menawar, karena dilihat dari kasusu yang
diterangkan, ia tidak mengungkapkan rasa marahnya secara intensif dengan
memohon kemurahan Tuhan.
ANJURAN PENANGANAN
Saat ini penatalaksanaan yang dilakukan untuk
gangguan depresi mayor meliputi penanganan dengan farmakologi (obat-obatan) dan
non farmakologi. Penanganan secara farmakologi dilakukan dengan pemberian
obat-obat anti depresan sedangkan penanganan secara non farmokologis meliputi
pemberian psikoterapi dan ECT. Hasil terbaik umumnya diperoleh dengan terapi
kombinasi antara pemberian obat-obatan dengan psikoterapi.
Penanganan terhadap gangguan depresi mayor
yang sukses dapat dicapai dengan follow-up yang baik paska meredanya episode
akut dari gangguan ini. Gangguan depresi mayor yang tidak diterapi dengan benar
memiliki tingkat kemungkinan kekambuhan yang tinggi, sekitar 50-60% kasus dari
episode tunggal bisa mengalami pengulangan di masa depan, sekitar 70% yang
sudah mengalami kekambuhan ke-2 kali dapat mengalami kekambuhan lagi bila tidak
diterapi, dan sekitar 90% yang sudah mengalami kekambuhan ke-3 kalinya dapat
mengalami kekambuhan berikutnya. Dapat kita lihat bahwa kemungkinan kekambuhan
semakin meningkat seiring dengan semakin seringnya seseorang mengalami gangguan
ini.
Seringkali walaupun gejala-gejala sudah
mereda, terapi tetap akan dipertahankan selama sekitar 6 bulan sampai dengan 1
tahun untuk mencegah terjadinya kekambuhan gejala. Kekambuhan gejala dapat
dicegah hingga 70-80% dengan terapi yang benar. Oleh sebab itu jika Anda atau
keluarga Anda mengalami gejala-gejala gangguan depresi mayor, segeralah
berkonsultasi dengan psikiater terdekat untuk mendapatkan penanganan yang tepat
secepatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar