Sabtu, 06 Oktober 2012

HUBUNGAN SISTEM REPRODUKSI DENGAN SISTEM LAIN DALAM TUBUH


Sebelum membicarakan tentang hubungan sistem reproduksi manusia dengan sistem tubuh yang lain, akan sangat penting kita
membicarakan hal-hal fisiologis yang terjadi pada sisitem reproduksi.
Hal yang pertama kita bahas mengenai siklus haid, karena ini nanti akan terkait dengan pengaruh hormon-hormon yang dihasilkan oleh ovarium terhadap sistem tubuh yang lain.
SIKLUS HAID
Siklus haid melibatkan kelenjar hipotalamus, kelenjar hipofise, kelenjar ovarium dan endometrium. Keempatnya ini akan saling mengirim signal dan saling mempengaruhi.
Hipotalamus yang berada ada sella tursika menghasilkan hormon Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH) yang terdiri dari FSH-RH dan LH-RH. Pertama FSH-RH dihasilkan dan efeknya akan memberi pengaruh pada hipofise sehingga hipofise menghasilkan FSH. FSH ini akan mempengaruhi ovarium, yang mengakibatkan terjadinya gametogenesis (Oogenesis). Pada proses oogenesis, follikel akan berkembang dari follikel primer sampai dengan follikel de graff. Saat pada follikel ini sudah terbentuk apisan-lapisan (teka follikel) maka sel-sel pada teka interna akan menghasillkan hormon estrogen. Hormon estrogen ini akan menimbulkan proliferasi dari dinding endometrium. Apabila sel telur sudah matang (sudah menjadi follikel de garff) atau saat garis tengah follikel mencapai 18 – 22 µm dan konsentrasi estrogen mencapai 600-1200 pmol/lt, hipotalamus akan menerimanya sebagai signal bahwa follikel sudah matang dan diperlukan proses selanjutnya, sehingga hipotamus mengeluarkan GnRH kedua yaitu LH-RH, dan mengakibatkan hipofise mengeluarkan hormon LH dan terjadi lonjakan kadar LH, yang berakibat pecahnya follikel de graff atau terjadi OVULASI. Bekas cangkak dari follikel de graff yang sudah pecah akan tetap di dalam ovarium dan disebut Corpus Luteum. Corpus luteum ini menghasilkan hormon progesteron. Hormon ini akan menyebabkan dinding endometrium menjadi berkelok-kelok dan semakin menebal (fase sekresi). Penebalan dinding rahim ini disiapkan untuk proses implantasi hasil konsepsi. Jika tidak terjadi konsepsi, corpus luteum hanya akan bertahan dalam waktu pendek (14 hari), dan setelah itu berdegenerasi menjadi corpus albicans. Dan hormon progesteron tidak dihasilkan lagi sehingga proses penebalan dinding endometrium terhenti, dan terjadilah peluruhan dinding rahim yang disebut menstruasi/haid.
Dari uraian diatas, sangat jekas keterkaitan antara sistem reproduksi dengan sistem endokrin. Fungsional dari sistem endokrin sangat dipengaruhi oleh fungsi kelenjar hipotalamus dan hipofise. Dapat dibayangkan jika hipotalamus atau hipofise tidak dapat berfungsi dengan baik. Dan harus diingat bahwa hipotamus dan hipofise tidak hanya berpengaruh pada reprpoduksi wanita tapi juga reproduksi pria. Pada pria hipofise mengeluarkan hormon FSH unutk merangsang proses spermatoenesis dan LH untuk pembentukan hormon Testesteron.
Setelah memahami bagaimana proses terjadinya siklus haid, kita akan bahas lebih bagaimana pengaruh hormon estrogen dan progesteron bagi tubuh, yang tidak terbatas hanya pada sistem repoduksi.
Efek Hormon Estrogen Pada Tubuh :
1. Mempertahankan fungsi otak.
2. Mencegah gejala menopause (seperti hot flushes) dan gangguan mood.
3. Meningkatkan pertumbuhan dan elastisitas serta sebagai pelumas sel jaringan (kulit, saluran kemih, vagina, dan pembuluh darah).
4. Pola distribusi lemah di bawah kulit sehingga membentuk tubuh wanita yang feminin.
5. Memproduksi sel pigmen kulit. Estrogen juga mempengaruhi sirkulasi darah pada kulit, mempertahankan struktur normal kulit agar tetap lentur, menjaga kolagen kulit agar terpelihara dan kencang serta mampu menahan air.
Efek Hormon Progesteron :
* Sebenarnya hormon ini tidak terlalu berhubungan langsung dengan keadan kulit tetapi sedikit banyak ada pengaruhnya karena merupakan pengembangan estrogen dan kompetitor androgen.
* Fungsi utama hormon progesteron lebih pada sistem reproduksi wanita, yaitu:
- Mengatur siklus haid.
- Mengembangkan jaringan payudara.
- Menyiapkan rahim pada waktu kehamilan.
- Melindungi wanita pasca menopause terhadap kanker endometrium.
Selain estrogen dan progesteron,wanita juga menghasilkan hormon testoseteron dalam jumlah yang sangat sedikit, hormon ini berfungsi untuk merangsang dorongan seksual dan merangsang pembentukan otot, tulang, kulit, organ seksual dan sel darah merah. Hormon ini selain dihasilkan oleh ovarium juga dihasilkan oleh kelenjar endokrin.
Fungsi hormon testosteron Pada Pria :
(1) memacu pertumbuhan penis dan testis/karakteristik seks primer pria.
(2) Memacu pertumbuhan karakteristik seks sekunder laki-laki
(3) Memacu spermatogenesis.
(4) Mempengaruhi perilaku seksual laki-laki.
Dari uraian diatas jelas bahwa Estrogen dan progesteron berpengaruh pada seluruh tubuh tidak hanya pada sistem reproduksi, misalnya sistem integumen (kulit dan mukosa, termasuk rambut), muskoloskeletal, urogenital, kejiwaan, kardiovaskular. Sehingga jika seseorang mengalami menopause akan terjadi gangguan pada sistem lain.
Gangguan yang dapat terjadi pada Sistem Integumen jika seorang wanita tidak menghasilkan estrogen dan progesteron antara lain kulit menjadi kering, menipis, keriput, kuku rapuh, gatal-gatal, mata kering, selaput lendir pada mulut kering dan mudah terjadi luka, mukosa vagina menjadi kering sehingga sakit saat berhubungan. Rambut menipis dan tumbuh bulu diatas bibir.
Gangguan yang dapat terjadi pada pada Sistem Muskoloskeletal yaitu terjadinya kerapuhan pada tulang (osteoporosis), gigi rapuh, selain itu terjadi nyeri sendi dan otot mengendor. Semuanya ini terjadi karena estrogen berperan dalam pengaruh regenerasi sel tulang pada wanita sehingga pada menopause terjadi kerapuhan pada tulang (osteoporosis), gigi rapuh, selain itu sering terjadi nyeri sendi, otot mengendor.
Gangguan Pada Sistem Cardiovaskular, dapat terjadi peningkatan kolesterol, HDL turun, LDL tinggi sehingga timbul penyakit jantung koroner. Karena terbukti bahwa progesteron dapat menurunkan kadar HDL sehingga LDL dalam kondisi normal.
Gangguan Pada sistem Urogenital, dapat terjadi kerentanan pada nfeksi saluran kencing karena mukosa yang kering, dan selain itu sering timbul keluhan nyeri saat coitus.
HUBUNGAN LAIN SISTEM REPODUKSI DENGAN SISTEM LAIN :
SISTEM REPRODUKSI DAN SISTEM KARDIOVASKULAR
Sistem reproduksi wanita dan laki-laki diperdarahi oleh pembuluh darah yang merupakan cabang-cabang dari pembuluh darah besar dalam tubuh, dengan sentral pada jantung, sehingga jika terdapat kelainan ada jantung maka akan berakibat juga pada organ-organ reproduksi, misalnya pada laki-laki sering terjadi disfungsi ereksi, ketidak mamuan dalam melakukan hubungan seksual karena penambahan beban jantung saat aktifitas coitus. Dan jika seorang wanita hamil maka beban jantung bertambah berat, akibatnya jika sudah ada penyakit janutng maka penyakitnya jantungnya akan bertambah parah, dan penyakit jatung tersebut akan mengakibatkan komplikasi pada kehamilannya sehingga bisa terjasi abrtus, BBLR, kematian janin dan ibu saat hamil dan bersalin.
SISTEM REPRODUKSI DAN SISTEM SYARAF
Sistem reproduksi dipersyarafi oleh syaraf yang merupakan cabang dari saraf yang keluar dari tulang belakang dengan koordinasi pada otak. Jika terjadi kelainan ada syarat tersebut maka akan mengakibatkan gangguan pada sistem reporduksi, misalnya disfungsi ereksi, dan gangguan ejakulasi.
SISTEM REPRODUKSI DAN SISTEM URINARIA
Keduanya sangat berhubungan khususnya secara anatomi, pada laki-laki uretra bergabung dengan tempat penyaluran keluar sperma, pada wanita uretra berdekatan dengan vagina dan terletak padavestibulum di vulva, selain itu vesica urinaria berada didepan uterus.
Jika terjadi infeksi pada saluran kencing maka akan mudah pula terjadi infeksi pada sistem reproduksi atau sebaliknya.



HUBUNGAN SISTEM SARAF DENGAN SISTEM REPRODUKSI WANITA

Organ kelamin luar wanita memiliki 2 fungsi, yaitu sebagai jalan masuk sperma ke dalam tubuh wanita dan sebagai pelindung organ kelamin dalam dari organisme penyebab infeksi.
Saluran kelamin wanita memiliki lubang yang berhubungan dengan dunia luar, sehingga mikroorganisme penyebab penyakit bisa masuk dan menyebabkan infeksi kandungan. Mikroorganisme ini biasanya ditularkan melalui hubungan seksual.



Organ kelamin dalam membentuk sebuah jalur (saluran kelamin), yang terdiri dari:

# Ovarium (indung telur), menghasilkan sel telur

# Tuba falopii (ovidak), tempat berlangsungnya pembuahan

# Rahim (uterus), tempat berkembangnya embrio menjadi janin


# Vagina, merupakan jalan lahir.



Alat reproduksi wanita

ORGAN KELAMIN LUAR

Organ kelamin luar (vulva) dibatasi oleh labium mayor (sama dengan skrotum pada pria). Labium mayor terdiri dari kelenjar keringat dan kelenjar sebasea (penghasil minyak); setelah puber, labium mayor akan ditumbuhi rambut.

Labium minor terletak tepat di sebelah dalam dari labium mayor dan mengelilingi lubang vagina dan uretra.

Lubang pada vagina disebut introitus dan daerah berbentuk separuh bulan di belakang introitus disebut forset.

Jika ada rangsangan, dari saluran kecil di samping introitus akan keluar cairan (lendir) yang dihasilkan oleh kelenjar Bartolin.

Uretra terletak di depan vagina dan merupakan lubang tempat keluarnya air kemih dari kandung kemih.

Labium minora kiri dan kanan bertemu di depan dan membentuk klitoris, yang merupakan penonjolan kecil yang sangat peka (sama dengan penis pada pria).

Klitoris dibungkus oleh sebuah lipatan kulit yang disebut preputium (sama dengan kulit depat pada ujung penis pria).

Klitoris sangat sensitif terhadap rangsangan dan bisa mengalami ereksi.

Labium mayor kiri dan kanan bertemu di bagian belakang membentuk perineum, yang merupakan suatu jaringan fibromuskuler diantara vagina dan anus.

Kulit yang membungkus perineum dan labium mayo sama dengan kulit di bagian tubuh lainnya, yaitu tebal dan kering dan bisa membentuk sisik. Sedangkan selaput pada labium minor dan vagina merupakan selaput lendir, lapisan dalamnya memiliki struktur yang sama dengan kulit, tetapi permukaannya tetap lembab karena adanya cairan yang berasal dari pembuluh darah pada lapisan yang lebih dalam.

Karena kaya akan pembuluh darah, maka labium minora dan vagina tampak berwarna pink.

Lubang vagina dikeliling oleh himen (selaput dara).

Kekuatan himen pada setiap wanita bervariasi, karena itu pada saat pertama kali melakukan hubungan seksual, himen bisa robek atau bisa juga tidak.

ORGAN KELAMIN DALAM

Dalam keadaan normal, dinding vagina bagian depan dan belakang saling bersentuhan sehingga tidak ada ruang di dalam vagina kecuali jika vagina terbuka (misalnya selama pemeriksaan atau selama melakukan hubungan seksual).

Pada wanita dewasa, rongga vagina memiliki panjang sekitar 7,6-10 cm. Sepertiga bagian bawah vagina merupakan otot yang mengontrol garis tengah vagina. Dua pertiga bagian atas vagina terletak diatas otot tersebut dan mudah teregang.

Serviks (leher rahim) terletak di puncak vagina.

Selama masa reproduktif, lapisan lendir vagina memiliki permukaan yang berkerut-kerut. Sebelum pubertas dan sesudah menopause, lapisan lendir menjadi licin.

Rahim merupakan suatu organ yang berbentuk seperti buah pir dan terletak di puncak vagina.

Rahim terletak di belakang kandung kemih dan di depan rektum, dan diikat oleh 6 ligamen.

Rahim terbagi menjadi 2 bagian, yaitu serviks dan korpus (badan rahim). Serviks merupakan uterus bagian bawah yang membuka ke arah vagina. Korpus biasanya bengkok ke arah depan.

Selama masa reproduktif, panjang korpus adalah 2 kali dari panjang serviks. Korpus merupakan jaringan kaya otot yang bisa melebar untuk menyimpan janin. Selama proses persalinan, dinding ototnya mengkerut sehingga bayi terdorong keluar melalui serviks dan vagina.

Sebuah saluran yang melalui serviks memungkinkan sperma masuk ke dalam rahim dan darah menstruasi keluar. Serviks biasanya merupakan penghalang yang baik bagi bakteri, kecuali selama masa menstruasi dan selama masa ovulasi (pelepasan sel telur).

Saluran di dalam serviks adalah sempit, bahkan terlalu sempit sehingga selama kehamilan janin tidak dapat melewatinya. Tetapi pada proses persalinan saluran ini akan meregang sehingga bayi bisa melewatinya.

Saluran serviks dilapisi oleh kelenjar penghasil lendir. Lendir ini tebal dan tidak dapat ditembus oleh sperma kecuali sesaat sebelum terjadinya ovulasi.

Pada saat ovulasi, konsistensi lendir berubah sehingga sperma bisa menembusnya dan terjadilah pembuahan (fertilisasi). Selain itu, pada saat ovulasi, kelenjar penghasil lendir di serviks juga mampu menyimpan sperma yang hidup selama 2-3 hari.

Sperma ini kemudian dapat bergerak ke atas melalui korpus dan masuk ke tuba falopii untuk membuahi sel telur. Karena itu, hubungan seksual yang dilakukan dalam waktu 1-2 hari sebelum ovulasi bisa menyebabkan kehamilan.

Lapisan dalam dari korpus disebut endometrium. Setiap bulan setelah siklus menstruasi, endometrium akan menebal.

Jika tidak terjadi kehamilan, maka endometrium akan dilepaskan dan terjadilah perdarahan. Ini yang disebut dengan siklus menstruasi.

Tuba falopii membentang sepanjang 5-7,6 cm dari tepi atas rahim ke arah ovarium.

Ujung dari tuba kiri dan kanan membentuk corong sehingga memiliki lubang yang lebih besar agar sel telur jatuh ke dalamnye ketika dilepaskan dari ovarium.

Ovarium tidak menempel pada tuba falopii tetapi menggantung dengan bantuan sebuah ligamen.

Sel telur bergerak di sepanjang tuba falopii dengan bantuan silia (rambut getar) dan otot pada dinding tuba.

Jika di dalam tuba sel telur bertemu dengan sperma dan dibuahi, maka sel telur yang telah dibuahi ini mulai membelah.

Selama 4 hari, embrio yang kecil terus membelah sambil bergerak secara perlahan menuruni tuba dan masuk ke dalam rahim.

Embrio lalu menempel ke dinding rahim dan proses ini disebut implantasi.

Setiap janin wanita pada usia kehamilan 20 minggu memiliki 6-7 juta oosit (sel telur yang sedang tumbuh) dan ketika lahir akan memiliki 2 juta oosit.

Pada masa puber, tersisa sebanyak 300.000-400.000 oosit yang mulai mengalami pematangan menjadi sel telur. Tetapi hanya sekitar 400 sel telur yang dilepaskan selama masa reproduktif wanita, biasanya setiap siklus menstruasi dilepaskan 1 telur.

Ribuan oosit yang tidak mengalami proses pematangan secara bertahap akan hancur dan akhirnya seluruh sel telur akan hilang pada masa menopause.

Sebelum dilepaskan, sel telur tertidur di dalam folikelnya.

Sel telur yang tidur tidak dapat melakukan proses perbaikan seluler seperti biasanya, sehingga peluang terjadinya kerusakan pada sel telur semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya usia wanita. Karena itu kelainan kromosom maupun kelainan genetik lebih mungkin terjadi pada wanita yang hamil pada usianya yang telah lanjut. 

Tidak ada komentar: